Thomas Alfa Edison, Anak Idiot yang Menjadi Ilmuwan Dunia

Thomas Alfa Edison adalah salah satu ilmuwan paling masyhur di dunia. Hasil-hasil temuannya mencatatnya sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia. Thomas pun seorang pengusaha yang sukses. Kesuksesan Thomas Alfa Edison tidak lepas dari dedikasi Nancy Matthews Edison, seorang ibu luar biasa yang berhasil mendidik dan mengembangkan minat Thomas.

Masa Kecil

Thomas Alfa Edison ketika masih kanak-kanak.

Tidak ada yang menyangka bahwa ilmuwan sekaliber Thomas Alfa disebut sebagai anak idiot atau bodoh ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia tidak benar-benar bodoh, tetapi Thomas tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah karena ia merasa bosan dengan cara belajar di sekolah.

Thomas terbiasa belajar dengan banyak bertanya kepada ibunya. Saat di sekolah, ia hanya diminta duduk manis dan memperhatikan gurunya menjelaskan, kemudian menghafal segala sesuatu yang dijelaskan oleh gurunya dan hal tersebut sama sekali tidak menarik minatnya. Ia pun sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dalam benaknya dan dinilai tidak masuk akal oleh gurunya, seperti “Kenapa ayam berbulu dan manusia tidak berbulu?“, “Kenapa bulu manusia berbeda dengan bulu ayam?“, “Bagaimana bulu ayam bisa menempel di tubuhnya?

Thomas sempat berpikir bahwa dirinya benar-benar bodoh karena diperlakukan sebagai anak bodoh di sekolah. Namun, sang ibu terus membangun rasa percaya dirinya. Sang ibu pun mengeluarkan Thomas dari sekolah. Thomas hanya bersekolah di sekolah formal selama 3 bulan. Di bawah bimbingan sang ibu, Thomas belajar materi-materi dasar sekolah, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Sang ibu memperkenalkan ilmu pengetahuan alam, sejarah, dan sastra kepada Thomas melalui buku-buku. Karena minat Thomas yang tinggi pada percobaan, Nancy pun membuatkan laboratorium kecil-kecilan di rumah untuk Thomas.

Cara mengajar Nancy (sang ibu) yang menarik meningkatkan semangat Thomas dalam menimba ilmu. Karakter yang dibangun oleh Nancy pada Thomas menjadikan anak terakhirnya ini lebih dewasa dibandingkan anak-anak seusianya. Rahasia kesuksesan Nancy dalam mendidik Thomas Alfa Edison adalah ia mendedikasikan seluruh waktunya bagi pendidikan Thomas. Ia juga tidak memaksakan kehendak, tetapi berusaha mengembangkan pengalaman dan mencari berbagai cara yang menarik untuk menggugah rasa ingin tahu dan keinginan Thomas agar dapat belajar mandiri.

Ketika berusia 12 tahun, Thomas memutuskan untuk bekerja. Ia berjualan Koran di sebuah jalur kereta api di sepanjang rute dari Pot Huron ke Detroit. Pada tahun 1861, terjadi perang saudara antara negara-negara bagian utara dan selatan. Topik ini menjadi perhatian banyak orang. Thomas melihat peluang ini, ia pun membeli sebuah alat cetak tua dan mencetak korannya sendiri, Weekly Herald, saat berusia 15 tahun.

Masa Muda

Thomas Alfa Edison ketika muda.

Thomas memiliki pendengaran yang kurang baik bukan  karena ia benar-benar tuli, melainkan ia mengalami gangguan pendengaran. Ada yang menyebutkan bahwa kehilangan pendengaran ini akibat penyakit dan ada pula yang mengatakan karena kecelakaan (petugas stasiun memukul Thomas karena terjadi kebakaran di kereta akibat laboratoriumnya). Namun, Thomas tidak mengeluhkan hal itu atau menjadikannya kekurangan. Ia menganggap itu sebagai sebuah keuntungan sebab ia jadi memiliki waktu lebih banyak untuk berpikir dibandingkan mendengarkan pembicaraan kosong.

Thomas mendaftarkan hak paten pertamanya untuk alat electric vote recorder, tetapi tidak ada orang yang membelinya. Akhirnya, Thomas pun memutuskan untuk membuat alat yang menarik minat orang untuk membelinya. Ia beralih ke peralatan komersil. Thomas berhasil melakukan pengembangan stock ticker dan menjualnya kepada sebuah perusahaan seharga $40.000. Dengan uang ini, ia membangun sebuah laboratoriun dan perusahaan di Menlo Park, New Jersey.

Percobaan Lampu Pijar

Lampu Pijar Pertama Thomas Alfa Edison

Pada tahun 1877, Thomas mencurahkan tenaga, waktu, dan uangnya untuk percobaan membuat lampu pijar. Persoalannya adalah ia harus bisa menemukan bahan yang bisa berpijar, tetapi tidak terbakar ketika dialiri arus listrik. Thomas telah melakukan percobaan dengan 6.000 bahan berbeda. Akhirnya, pada 21 Oktober 1879, terciptalah lampu listrik pertama yang dapat menyala selama 40 jam. Pada tahun 1890, ia mendirikan perusahaan General Electric.

Mengenai pecobaannya ini, Edison pernah memprotes surat kabar yang menuliskan berita utama berjudul “Setelah 9.955 Kali Gagal Menemukan Bola Lampu Pijar, Edison Akhirnya Berhasil Menemukan Lampu yang Menyala.” Thomas pun meminta judulnya diubah menjadi “Setelah 9.955 Kali Berhasil Menemukan Lampu yang Gagal Menyala, Edison Akhirnya Berhasil Menemukan Lampu yang Menyala.”

Pesan dari Thomas Alfa Edison adalah betapa banyak orang yang menyerah, padahal hanya perlu beberapa langkah lagi untuk sampai pada keberhasilan.

Dan, satu kalimat bijak dari beliau yang selalu menjadi penyemangatnya, “Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”

Thomas mulai bekerja pada usia yang sangat muda dan terus bekerja hingga akhir hayatnya. Sepanjang hidupnya, Thomas telah mematenkan sekitar 1.093 hasil penemuannya, termasuk lampu pijar, gramofon, dan kamera film. Ketiga penemuannya ini membangkitkan industri listrik, rekaman, dan film yang memengaruhi kehidupan masyarakat. Thomas meninggal dunia pada usia 84 tahun.

Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah Thomas adalah sikapnya yang pantang menyerah, optimis dalam melihat segala hal, dan jeli melihat peluang. Apa lagi inspirasi dari Thomas Alfa Edison yang dapat kita ambil?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *