Mencari Lahan untuk Pondok Pesantren dan Pendidikan Tahfizh Usia Dini di Daerah Sleman Yogya Utara

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mohon berkenan untuk meluangkan waktu sekitar 15 menit untuk membaca tulisan ini dengan sepenuh hati nan khusyu’, insyaAllah bukan untuk kepentingan pribadi penulis, melainkan untuk kemaslahatan umat.

Sekitar 1 bulan yang lalu, seorang ustadz relasi kami, yang membina pondok pesantren tahfizh (penghafal Qur’an)/pendidikan tahfizh usia dini (PAUD, TK, SD), bersilaturahmi ke tempat kami. Beliau menyampaikan sebuah permasalahan sangat berat yang sedang beliau hadapi : Jalan masuk menuju madrasah/sekolah beliau ditutup oleh pemilik tanah dari ruas jalan tersebut karena akan dibangun usaha.

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud membahas masalah penutupan akses jalan tersebut, karena lahan yang beliau gunakan untuk madrasah tersebut juga lahan yang dipinjamkan, dan akses jalan yang ditutup tersebut memang hak milik pemilik lahan di depannya tersebut.

Namun hal ini sungguh membuat kami sangat prihatin : Ternyata masalah lahan untuk madrasah/pondok pesantren tahfizh beliau ini dari dulu belum juga tuntas. Beberapa tahun yang lalu kami mengetahui permasalahan lahan beliau dan sempat mendampingi beliau sampai bertemu dengan seorang muslim yang sangat baik dan kuat, yang sangat dermawan (yang mempersilahkan lahan miliknya yang beliau pakai selama 1 tahunan terakhir tersebut beserta membantu pembangunan dan berbagai prosesnya), kami pikir masalah lahan sudah selesai (karena sebelumnya ponpes tahfizh tersebut hanya menggunakan 2 buah rumah dalam perumahan sangat sederhana di tempat yang cukup terpencil dan menurut penulis pribadi, sangat tidak nyaman – panas, itu saja kemudian harus pindah karena mau dipakai oleh pemiliknya).

Kami sungguh sangat prihatin dengan keprihatinan yang sangat mendalam : Kenapa mencari segelumit lahan untuk sesuatu yang sangat mulia dan bermanfaat (pondok pesantren tahfizh/penghafal Qur’an) kok bisa begitu sulit dan tidak juga kelar ? Beliau sudah berjuang selama 5 tahun dalam membina pendidikan tahfizh usia dini ini (plus 2 tahun sebelumnya mendidik kader pengajar usia aliyah/SMA), bahkan progressnya pun terus meningkat : jumlah peserta didik terus bertambah, banyak masyarakat (terutama golongan ekonomi tidak mampu) yang merasa sangat terbantu, dan di setiap tempat yang beliau gunakan, masyarakat sekitar sangat mendukung (tidak terjadi gesekan). Sungguh teramat disayangkan apabila niatan sebaik itu tidak terfasilitasi dengan baik. Kasihan beliau dan para pengajar/pengelola, apabila masih dan terus dibebani permasalahan tempat (pindah tempat, sewa habis, biaya sewa, dll), alangkah sangat baiknya bila beliau beliau ini kita bantu, kita singkirkan dari permasalahan permasalahan tersebut.

Satu hal dalam perbincangan waktu itu yang benar benar menggetarkan perasaan penulis : Sempat tersampaikan bahwa harapan beliau hanyalah : Mengingat usia beliau (hampir 50), beliau hanya berharap masih bisa memiliki/mengupayakan sesuatu yang bisa menjadi amal jariyah, yang pahalanya bisa terus mengalir, bahkan sampai kelak setelah beliau meninggal, dan bisa menjadi tabungan untuk memberatkan timbangan amal kebaikannya kelak di akhirat. Beliau menyampaikan, kalaupun di sisa usia beliau ini beliau tidak juga bisa mendirikan pondok pesantren, yang kelak bakal terus berjalan setelah beliau wafat (dan menjadi amal jariyah beliau), kalaupun tidak bisa, beliau hanya berharap masih sempat mengajar, mengkader, mendidik sampai mengentaskan beberapa anak, yang kelak sebagian dari mereka bisa terus mengajarkan kebaikan ke yang lain, dan seterusnya, dan itu yang menjadi amal jariyah bagi beliau. Sebagai informasi tambahan, sampai saat ini beliau belum dikaruniai anak.

MasyaAllah, astaghfirullahal ‘Azhim, coba kita renungkan niatan beliau di atas. Bagi penulis, hal tersebut benar benar sangat mengguncang perasaan. Begitu tulus dan murni, murni tanpa tendensi duniawi apalagi materi, murni hanya mengharap ridho Ilahi dan jannahNya kelak di akhirat. MasyaAllah. Bukannya penulis tidak suka materi atau duniawi, mungkin malah sebaliknya, tetapi justru itu yang saat ini teramat sangat jarang penulis temukan di lingkungan maupun wawasan yang penulis alami dan amati.

Kami berdiskusi panjang lebar dan memutuskan untuk mengupayakan lahan yang seideal mungkin (dari segi luasan, akses, dan terutama kepastian status). Salah satu pertimbangan kami, daripada susah payah mengupayakan lahan kecil di lokasi sekitar lokasi saat ini (perkotaan/sangat dekat pusat kota), harganya mahal (berkisar 2,5 juta/m2), lebih baik mencari lahan yang luas di daerah yang harga tanahnya masih murah (yang sekitar 200 ribuan/m2, syukur bisa lebih murah kalau untuk pesantren), dengan luasan sekitar 2000 – 5000 m2 (syukur bisa 1 hektar atau bahkan lebih agar sekalian bisa untuk pengembangan ke depan, berkebun, dan/atau usaha produktif lain), rada masuk nggakpapa asal memiliki akses jalan yang cukup lebar (sekitar 6 meter, mobil bisa berpapasan lancar). Daerah Sleman utara (Pakem, Turi, dan sekitarnya) kami pikir sangat pas untuk ini : harga tanah masih ada yang murah, bahkan menurut penulis, suasananya malah lebih nyaman dan kondusif (sejuk, adem, kehidupan masyarakat pedesaan, dan pendidikan berkualitas juga masih sangat dibutuhkan). Kita mengupayakan sekalian yang optimal, agar masalah lahan ini tidak lagi menjadi permasalahan, dan kita bisa fokus ke pendidikan (operasional) dan pengembangan/kemajuan.

Melalui tulisan ini penulis mengajak segenap pembaca yang budiman untuk bersama mencari solusi dari ini. Mari kita sambut ini dengan antusias tinggi sebagai ladang amal, kesempatan emas bagi kita semua. Beberapa kemungkinan yang kami harapkan antara lain :

  1. Ada di antara pembaca yang memiliki banyak lahan dan ada yang cocok dengan kriteria yang kami harapkan dan bersedia mewakafkan atau menjual lahannya dengan harga spesial untuk kompleks pendidikan tahfizh Qur’an usia dini ini.
  2. Ada di antara pembaca yang memiliki kelebihan materi dan bersedia mendonasikan sebagian dari hartanya untuk pembelian lahan untuk keperluan ini (dan untuk keperluan lain yang insyaAllah tidak lepas dari keperluan umat, bila ada sisa dana yang masuk).
  3. Membantu mencari informasi lahan yang cocok, yang mau dijual atau diwakafkan.
  4. Ada lahan wakaf yang kurang bisa dikelola dengan baik dan dipertimbangkan untuk dialihkelolakan.
  5. dll.

Di akhir tulisan ini, penulis coba menyimpulkan apa yang kami harapkan :

Tanah wakaf (jelas akad/statusnya, baik berupa tanah yang diwakafkan, atau tanah yang kita beli atas nama yayasan (wakaf)) seluas 2000 – 5000 m2 atau lebih, yang memiliki akses jalan menuju lokasi (mobil besar bisa berpapasan lancar), yang berlokasi di daerah Sleman utara (Turi/Pakem), bukan dalam wilayah rawan bencana (karena untuk pendidikan usia dini/anak anak), dengan kisaran harga Rp 100.000 – 200.000 / m2 sehingga dana yang diperlukan berkisar Rp 200 juta – Rp 1 Milyar.

Ternyata nominal dana yang dibutuhkan lebih kecil dari harga sebuah mobil mewah.
Mobil mewah di harga 1 Milyaran, setelah 10 tahun harganya bisa turun menjadi di bawah 200 juta.
Sedangkan kalau untuk lahan wakaf ini, insyaAllah kian hari manfaat dan pahalanya terus meningkat, bahkan seterusnya menjadi teman baik kita bahkan setelah kita mati, dan bisa mengantarkan kita menuju surga, insyaAllah.

Sebagai info tambahan, apabila di lokasi nantinya dibutuhkan masjid, sudah ada relasi kami yang menyanggupi mengupayakan pembangunannya, insyaAllah.

Mari kita betul betul menjadikan ini sebagai kesempatan emas kita semua untuk berkontribusi dalam kebaikan, dalam beramal shalih, dalam beramal jariyah. Kabarkan dan ajak keluarga, saudara, kerabat, teman, dan relasi. Semoga Allah meridhoi, menolong, memudahkan, melancarkan, dan mensukseskan urusan kita semua, aamiin.

Untuk informasi lebih dan tindaklanjut, silahkan menghubungi penulis di nomor HP/WA :
0877 3606 2700 . Kami sangat berharap segera ada tindaklanjut dan solusi dari permasalahan ini
, karena saat ini ada sekitar 24 anak asuh yang akan “terlantar” karena tidak ada lahan untuk sekolahnya.
Penulis bukan pengelola pesantren. Penulis juga bukan orang alim/ulama. Penulis hanya berusaha membantu sebisa mungkin dan menjembatani.

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. ” [ H. R. Bukhari ]

Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit. ” [ H. R. Bukhari – Muslim ]

Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya. ” [ H. R. Muslim ]

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. ” [ Q. S. 2. Al-Baqarah : 261 ]

Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf. ” [ H. R. Tirmidzi ]

Demikian tulisan ini kami buat, mohon maaf bila ada salah dan membuat kurang berkenan, terimakasih atas waktu dan perhatiannya, jazakumullahu khairan.

Mohon berkenan untuk membantu share, mengabarkan, dan mengajak keluarga, saudara, kerabat, teman, serta relasi, untuk berkontribusi dan bersama sama memberikan solusi dari permasalahan ini, semoga menjadi amal jariyah juga bagi kita semua, aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Yogyakarta, 7 Juli 2020
Salam Ukhuwah,

 

Agus Susanto, S. T., M. Eng.
Wonorejo, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.
wa.me/6287736062700
www.agus-susanto.com

2 tanggapan untuk “Mencari Lahan untuk Pondok Pesantren dan Pendidikan Tahfizh Usia Dini di Daerah Sleman Yogya Utara

  • 13 Apr, 2023 pada 8:46 pm
    Permalink

    apakah sudah dapat lahannya..?

    Balas
    • 21 Nov, 2023 pada 5:59 am
      Permalink

      Terakhir diputuskan untuk menggunakan rumah beliau (ustadz/pimpinan pondok) yang direnovasi & ditingkat.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *